UNREQUITED LOVE
“Reuni?!” seruku yang saat itu hendak
menyeruput Lemonade Ice Tea favoritku, seraya mengangkat kedua alisku.
Regina –sahabatku sejak masih SMA sekaligus rekan kerjaku di kantor,
mengangguk-anggukan kepalanya dengan semangat. Mengiyakan apa yang aku
serukan barusan.
“Yes. Reunion, Dilla honey. Hari Sabtu
minggu depan, tempatnya di Villa-nya Gian yang ada di Bandung. Reuni
kecil-kecilan sih, cuma anak-anak kelas kita aja. Itu juga belum tentu
datang semua, soalnya banyak yang ngga bisa datang gara-gara kerjaan.
Gimana? Lo mau ikut?” ujar Regina panjang lebar yang aku lihat dia
sangat antusias mengajakku untuk ikut Reuni dengan teman-teman lama. Aku
menggaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal sama sekali. Sebenarnya, aku
juga ingin sekali ikut acara reuni itu. Kapan lagi coba, kita ketemu
dengan teman-teman semasa SMA yang sudah hampir tujuh tahun tak bertemu
sejak kelulusan? Hanya saja, sayangnya aku ingat kalau hari Sabtu minggu
depan itu aku ada kerjaan penting.
“Gue ngga tau, Re. Lo tau kan, hari
Sabtu minggu depan gue ada meeting sama sutradara ngebahas naskah
skenario drama gue yang terbaru. Jadi, kayaknya gue ngga bisa ikut deh,”
ujarku sedikit kecewa. Tapi, begitu kulihat wajah Regina, dia tidak
menyiratkan wajah kecewa sepertiku. Malah, alisnya mengkerut tanda dia
keheranan.
“Meeting naskah drama? Loh, bukannya jadwalnya dimajuin jadi bulan depan?” serunya keheranan. Aku membelalakan mataku.
“Hah?! Yang bener lo? Kok, gue ngga dikasih tau?”
“Bukannya gue udah kasih tau lo?
Oh..umm.. atau mungkin gue lupa kali, ya?” Regina berusaha
mengingat-ngingat seraya menggaruk kepalanya dengan satu jari
telunjuknya. “Ah, kayaknya gue lupa, Dil. Hehe.. sorry deh. Tapi,
berarti lo pasti ikut ke Bandung, kan?” ujar Regina yang masih saja
antusias mengajakku.
“Oke, gue ikut. Kalo emang bener jadwal
meeting-nya dimajuin,” aku akhirnya menyetujui untuk ikut acara Reuni
itu. Aku benar-benar rindu setengah mati dengan teman-teman lamaku itu.
Bagaimana tidak? Selama hampir tujuh tahun ini, kita tak pernah
berhubungan dan berkomunikasi satu sama lain –terkecuali aku dengan
Regina tentunya, karena kami kebetulan kerja di tempat yang sama.
Meskipun internet sudah lebih canggih dalam berkomunikasi, tetap saja
bukan berarti lebih gampang pula bernostalgia dengan teman lama. Selalu
saja, jarak dan pekerjaan yang menjadi masalah untuk bertemu. Dan baru
hari ini mereka merencanakan mengadakan acara Reuni.
Hmm, I wonder.. mereka jadi seperti apa
ya, sekarang? Aku menggumam dalam hati. Bagaimana dengan orang itu?
Apakah dia masih sama? Hmm. Aku kembali menggumam dalam hati karena
tiba-tiba ingatanku tertuju pada seseorang. Atau mungkin aku memang
mempunyai tujuan ikut acara reuni ini karena ingin bertemu dengan dia?
Hmm…
“Great! Sabtu depan, gue jemput lo pagi-pagi. Awas, gue ngga bakal toleran kalo lo bangun telat kayak biasanya, oke?”
***